Mbah Mati, Meninggal atau Wafat?

Selepas 4 hari blog ini melaporkan Lagu Pelik HUTRI ke 64, penyanyi lagu tersebut yang bernama Mbah Surip pun meninggal dunia.

Berikut ialah tajuk akhbar yang dipetik dari Kompas.

JAKARTA, KOMPAS.com —Mbah Surip, penyanyi yang baru saja melejit namanya lewat lagu "Tak Gendong" dikabarkan meninggal dunia pada Selasa (4/8). [Sumber]

Ini pula adalah petikan dari laman lain yang agak melucukan.

Saat meninggal dan tiba di rumah sakit, Mbah Surip masih memakai topi khasnya. Berbaju cokelat muda dan bercelana pendek [Sumber]

Tapi yang peliknya, kematian orang biasa yang hidup mencari rezeki dengan menyanyi dikatakan wafat. Padahal kata wafat itu hanyalah merujuk kepada kematian nabi atau rasul. Keterangan sebelah diambil dari sini.
Inilah satu pencemaran bahasa yang dilakukan oleh Indonesia.

Perkataan mangkat, wafat, mati, kojol, kejang dan mampus semuanya bermakna mati, tetapi mangkat dipakai untuk raja, wafat untuk nabi dan ulama, mati untuk orang biasa, dan kojol, mampus serta kejang untuk menyatakan erti yang sama tetapi kurang sopan. [Sumber]

Media Indonesia tidak seharusnya menyamakan penyanyi Mbah Surip dengan nabi. Kata yang sesuai untuk kematiannya ialah meninggal dunia. Inilah sikap Indonesia, sudahlah meminjam bahasa Melayu untuk dijadikan bahasa rasmi, mereka mencemarnya pula ibarat kera mendapat bunga. p/s - Salam Takziah untuk keluarga Mbah Surip.