Monday 10 December 2007

Dimana Aslinya Indonesia?

Indonesia menuduh kita menciplak budaya mereka. Malah mengatakan kita tukang klaim. Tapi tahukah anda bahawa apa aslinya Indonesia itu? Inside Indonesia menyingkapnya.

Nama negaranya saja diciplak dari nama negara India. Rujuk sini. Sebab itu mereka marah sangat jika nama mereka disingkat2kan menjadi Indo*. Opppss...

Bukan setakat nama negara saja, matawang negara tersebut, Rupiah juga mengambil nama dari matawang India, Rupee. Rujuk sini. Untuk makluman anda, dengan matawang seperti gambar di sebelah, korang bukan boleh beli kereta yer, tapi hanya boleh beli 2 pinggan nasi goreng ayam. Hehehe.

Malah, prinsip negara mereka yang menyerupai Rukunegara dinamakan Pancasila. Sebenarnya, Pancasila adalah ajaran dasar moral agama Buddha. Rujuk sini.

Selain nama negara, jata negara Indonesia juga tidak asli. Diciplak dari budaya Hindu iaitu burung Garuda. Terus nama jata negara dipanggil Garuda Pancasila yang dibentuk pada tahun 1945. Rujuk sini.

Sudahlah diciplak dari budaya Hindu, rekabentuk jata negara tersebut ditiru bulat2 dari negara Thailand yang terlebih dahulu mempunyai jata negara. Jata negara Thailand mula mengguna simbol burung garuda pada jata negaranya pada tahun 1885. 60 tahun kemudian, ia ditiru oleh Indonesia. Lihat kedua-dua jata negara tersebut.

Jata Indonesia
Jata Thailand

Bendera negara itu menggunakan warna merah putih. Mereka menggunakan warna jalur merah di atas dan putih dibawah kerana takut disamakan dengan negara Poland. Untuk makluman, Republik Poland telah merdeka jauh lebih lama sebelum Indonesia.

Bendera Indonesia
Bendera Poland

Dimanakah aslinya Indonesia itu? Nama negara dan matawang dari negara India, jata negara dari budaya Hindu, rukun negara dari agama Buddha, bendera dari Poland?

Tidakkah mereka tahu bahawa nama negara, nama matawang, jata negara dan bendera adalah identiti sesuatu bangsa. Jika semua yang tersebut, tidak asli, dimanakah aslinya mereka?

50 comments:

  1. Tampaklah sangat anda tidak bisa membedakan apa yang namanya 'assimilation' dengan 'plagiarism'. Saya tanya, apakah 'jata negara' Indonesia 100% sama dengan 'jata negara' Thailand?

    Anda tidak akan pernah menemukan kebudayaan dari Indonesia yang 100% sama dengan kebudayaan India. Semuanya telah mendapat sentuhan kebudayaan lokal dan berbeda dengan aslinya. Itu dinamakan 'assimilation of Culture'.

    Bagaimana dengan Malaysia? Tari Barongan apa ada berbeda dengan tari 'Reog Ponorogo'? Musik-musik tradisional 'Rasa Sayange', 'Burung Kakatua', 'Kampuang Nan Jauh di Mato', yang asalnya dari Indonesia dibilang musik Malaysia.
    Tidak ada satupun terlihat 'assimilation of Culture'.

    Hubungan kebudayaan Indonesia dengan India bagaikan hubungan kebudayaan China dengan Korea dan Jepang. Masing-masing memiliki keunikan sendiri dan semuanya berbeda. Dengan mudahnya kita membedakan mana kebudayaan dari China, mana dari Jepang, dan mana dari Korea ('Sushi' makanan khas Jepang; 'Kimchi' makanan khas Korea; 'BakPao' makanan khas Cina. Itu semua sesuai dengan asal-usulnya. Dan semuanya telah mengalami 'assimilation of Culture'.
    Bandingkan dengan 'rendang', makanan khas Minangkabau, bagaimanapun Malaysia menamakannya 'Malay Dish', padahal bukan makanan Melayu. Begitpula dengan kebudayaan 'serumpun melayu' lainnya (Jawa, Bugis, Minang), semuanya dianggap 'melayu'.

    Di Malaysia 'serumpun melayu' dianggap melayu, benar-benar tidak tahu malu ingin mencuri kebudayaan 'serumpun' dengan memasukkan mereka sebagai 'melayu'.

    Indonesia tidak menutup-nutupi asal usul kebudayaan India, bahkan dengan bangganya mengatakan kebudayaan Indonesia is 'heavily influenced by Indian Civilization'. Berbeda dengan Malaysia yang menutup-nutupi asal-usul kebudayaannya, bahkan kadang kala malu mengakui nenek moyang mereka itu adalah kafir 'Hindu-Buddha'.

    Matawang Indonesia 'rupiah' adalah benar asalnya dari nama 'Rupee' India. Sama seperti matawang Jepang 'Yen', Korea 'Won' asalnya dari nama 'Yuan' China. Saya tidak melihat ada masalah dengan ini.

    Jika anda tidak tahu menahu dengan Bahasa Sansekerta dan Agama Buddha, janganlah sembarangan menilai rukunegara Indonesia 'Pancasila' itu dari 'Pancasila' agama Buddha. 'śīla' dalam 'Pancasila' Indonesia berarti 'prinsip', 'sīla' dalam 'Pancasila' Buddha itu berarti 'tingkah laku baik'. Selain itu Indonesia memang banyak menyerap kata dari bahasa Sansekerta, adalah hal yang wajar. Lihatlah bahkan kita menyebut itu 'Bahasa Sansekerta', bukan 'Bahasa Indonesia'. Itu pertanda kita mengakui asal-usulnya.

    Bendera merah putih sudah dari jaman Majapahit telah ada. Bendera kerajaan ini dinamakan 'gula kelapa'. 'Gula' itu 'merah' (Gula Jawa), 'Kelapa' itu putih.
    Belajarlah sejarah dengan benar. Itu hanyalah kebetulan dengan bendera Polandia.

    ReplyDelete
  2. Dan setelah Indonesia merdeka kata "sia" dari nama Indone"sia" dijiplak negara Malaya dan mengubah nama negara Malaya menjadi Malay"sia" , lalu bendera Indonesia Dwiwarna Sangsaka Merah Putih dijiplak bendera Malaysia dengan dua warna yang sama merah dan putih walau lebih "MIRIP" bendera Amerika Serikat.

    Tidak hanya itu karena Indonesia itu indah dan disukai banyak negara ketika Singapura melepaskan diri dari Malaysia ia memilih mengadopsi bendera Indonesia dengan warna mutlak merah dan putih sama persis dengan bendera Indonesia Dwiwarna Sangsaka Merah Putih, hanya untuk membedakan dibubuhilah tanda bulan bintang di pojok kiri atas.

    ReplyDelete
  3. SEMUA LAMBANG-LAMBANG DAN PANJI-PANJI NEGARA INDONESIA PENUH DENGAN SEJARAH MASA LAMPAU JAUH SEBELUM INDONESIA ADA MAUPUN PENJAJAH DATANG KE NUSANTARA INI.

    BAGAIMANA DENGAN SEJARAH LAMBANG DAN PANJI NEGARA MALAYSIA? ADA DAN HADIR SETELAH MALAYSIA AKAN MENJADI NEGARA! KAPAN ITU? SETELAH PERANG DUNIA KEDUA BERAKHIR, TAHUN 1940-an.

    ReplyDelete
  4. in-dog-sial..

    owh ya... apa kata kita suruh india saman indon kerana mengklaim terlampau banyak budaya mereka?

    apa macam....??

    we ask indian press to come out with fiery statement on how indons claims and patents everything that is originated from india??


    and maybe there'll be demonstration in front of indon embassy in india..


    how bout that?? you motherfucking indon?? how bout that??

    ReplyDelete
  5. jangan memperkeruh kondisi yang sudah buruk..
    dan ditambah lagi anda mempekeruh dengan modal pengetahuan sekarah yang sedikit, penjabaran antropologi yang sedikit pula.

    Jika mau membahas masalah budaya dan akulturasi budaya Dunia, baca dulu buku-buku terkait.

    Saya hanya tidak senang dengan tipikal membahas tanpa metodologi yang benar. Entah itu anda, sebagai warga Malaysia, entah itu temen-temen saya di Indonesia. Sama2 kita belajar.


    Regards

    Leksa

    ReplyDelete
  6. BETUL TUE ....kita minta negara Thailand & India serang plak Indonesia tue ....ada brani heheheheheh

    ReplyDelete
  7. "ITULAH PADAHNYA KALO KITE ASYIK DUK MENGKLAIM JER.. ORG LAIN BERCAKAP PASAL KLAIM PUN U OLS TERUS NAIK API.. ITULAH INDUSIAL" PERKATAAN -SIA TUH ADALAH DARI NUSANTARA.

    ReplyDelete
  8. penulis blog ini ternyata menulis tidak menggunakan otak.. mungkin tipikal orang malaysia seperti ini.. ketika diajak berdiskusi menggunakan data hasilnya harus menggunakan mengikuti pola pikir mereka.. dan harus dijelaskan berulang-ulang..
    ketika masalah budaya Indonesia dijiplak mereka mencoba mengalihkan diluar masalah budaya ke masalah lain seperti mata uang, lambang negara, bendera..
    kita bahas satu persatu..
    1. rupiah mengacu dari kata india "rupee" dan diganti menjadi "rupiah" dan Indonesia pun mengakui terpengaruh budaya India..
    bandingkan dengan Malaysia yg mempunyai mata uang ringgit tetapi dikenal dengan nama "dollar" malaysia.. satuannya menggunakan "sen"..
    dari mana kata "dollar" dan "sen" ?
    2. Pancasila dan lambang negara Thailand dikatakan sama ditiru bulat2.. saya bingung setelah melihat kedua gambar.. apanya yg sama dan jiplak bulat2 ?? are you blind ?? grow up..
    3. bendera merah putih diambil berdasarkan bendera majapahit dari abad 13.. ABAD 13 !!! .. apakah majapahit berada di Polandia ??
    Indonesia merah putih, Polandia putih merah dan kau bilang sama.. ?? singapura juga menggunakan merah putih.. mungkin nanti kau bilang bendera japan sama dengan Indonesia karena ada warna merah dan putih..

    ReplyDelete
  9. HUMAN RIGHTS IN INDONESIA

    Indonesia and East Timor

    The situation in East Timor has been terrible for many decades, where the occupying Indonesian army has brutally killed many many East Timorese.

    Check out this site's section on East Timor for more information about the US, UK support for the invasion and continuing arms sales to Indonesia, about Indonesia's regime to support the killings and massacres in East Timor, the media coverage and more.
    Other areas of Indonesia also Facing Abuses

    With East Timorese having gone through so much to gain independence from Indonesia, some of the other regions within Indonesia have been ignored. In some areas, brutal repression has been going on for years. Take the following for example

    * In Aceh (also Acheh or Atjeh):
    o There have been many human rights abuses (supported by the Indonesian military) that are being ignored in various parts of Aceh.
    o Some of the comparisons in this Human Rights Watch backgrounder suggests that the problems in Aceh could be larger than those seen in East Timor.
    o Amnesty International reports a similarity to East Timor where "anyone who reports on the human rights situation is being targetted and driven away to ensure that there are no witnesses to the excesses of the security forces", or, as per another report from them, others are being imprisoned as political prisoners.
    o Oil and natural gas is another major factor, with ExxonMobil being mentioned by some human rights groups as needing to be accountable for some of the problems there.
    o ExxonMobil is facing a lawsuit from the International Labor Rights Fund on charges of complicity with Indonesian security forces in committing serious human rights abuses in Aceh. For more about Exxon-Mobil related reports see the following:
    + This new article discussing the human rights abuses and the above-mentioned charges, as well as mention of other energy companies that have faced legal proceedings.
    + The Conflict in Aceh, and U.S. Interests in Promoting A Free Market, Stability and Human Rights in South East Asia, a report by Robert Jereski examines the context and impacts of ExxonMobil's security arrangements with the Indonesian Armed Forces
    o Abundant oil, natural gas and other resources in Aceh explains the large interest there and the exploitation of local people.
    o For more on Aceh, you can also visit:
    + Aceh Links web site.
    + Atjeh Times web site
    * There have also been killings and other human rights violations from demonstrations and fights for independence in Irian Jaya (West Paupua).
    * The Molucca islands:
    o The Spice Islands, as they are also known, and its capital Ambon, has seen riots since 1997 that are still occurring today.
    o Hundreds have been killed due to tensions between Christians and Muslims.
    o Indonesia is isolating the island to "prevent rumors and press reports from fanning sectarian violence." This could also be seen as a move to prevent journalists reporting on any atrocities that may occur after the isolation. There are about two million people in the region where only a slight majority are Muslim and the others are mainly Christian.
    * There have been massacres of Ulemas in East and Middle Java from 1995-1997.
    * In the island of Borneo, there has been violence by Dayaks natives against Madurese settlers.

    These issues had largely gone unreported by the western mainstream media, before the East Timor crisis broke out, although groups such as Human Rights Watch, Amnesty International, as well as others have continued to mention it. As political and economic problems are affecting Indonesia (and therefore western business interests there), more reporting on the region is very slowly coming out although these conflicts are still less mentioned.

    ReplyDelete
  10. DISCRIMINATION AGAINST ETHNIC CHINESE

    INDONESIA: Discrimination against ethnic Chinese

    24 May 2000

    Picture
    INDONESIA: Discrimination against ethnic Chinese

    In Indonesia, racism is one of the most pressing problems facing society.

    Unlike the United States or South Africa, where racism is based on skin colour, racism in Indonesia manifests itself through discrimination based on ethnicity and religion. This has given rise to human rights violations in the social, economic, political, legal and cultural spheres of society.

    The racial prejudice embedded in our nation has deep historical roots, which stemmed from Dutch colonial policies and practices. In 1740, the worst racial violence of the 18th century took place: the slaughter of 10,000 ethnic Chinese in Batavia, now Jakarta, by the Dutch colonial government.

    This slaughter was based on the political and economic conflict of interests between the ethnic Chinese and the colonial Dutch, but racial bias was reflected in the policies formulated by the Dutch colonial government thereafter.

    The mobility of the ethnic Chinese was limited and they were forced to live in ghettos. The United East India Company issued an edict, called the passenstelsel, which specified that every ethnic Chinese was required to hold a special pass when travelling outside their residential district. This enabled the colonial administration to watch and control the social activities of ethnic Chinese and ensure that no economic, political and social interaction occurred between ethnic Chinese and the rest of the population.

    The colonial administration also introduced wijkenstelsel, under which ethnic Chinese were prohibited from residing in the centre of the city, and were thereby ghettoised in a residential Chinatown enclave. Racial segregation was further established by dividing society into three distinctive classes, each of which was subject to different rules and regulations.

    The whites were the first-class citizens. Those labelled “indigenous” were given third-class status. The “alien oriental” was in some undefined place in the middle.

    Although “special facilities” and monopolies in the business sector were granted to the latter, the price was restrictions which facilitated the maintenance of the ethnic Chinese social status as one of scapegoat, to be used as a safety valve to vent explosions of popular anger about economic and political oppression.

    The ideology of racism also formed an essential part of the “divide and rule” policy pursued by the colonial rulers; the peaceful coexistence of people of different racial origins was disadvantageous to the subjugation of the nation as such cohesiveness could lead to a united resistance against the colonial power.

    The racial policies of the Dutch administration were adopted by the “Old Order” government led by Sukarno, through the enforcement of the PP 10, legislation which prohibited foreign and Chinese traders from conducting business in the countryside. However, citizens were still allowed the freedom to organise groups and to participate in politics.

    With the establishment of the “New Order” regime under the command of General Suharto, the political atmosphere changed radically and a massive eradication of many political parties and organisations was carried out. Chinese mass media were banned and political activity was restricted.

    The fear of repercussions from participating in political activity has resulted in the Chinese pursuing non-political activities, and their isolation from the rest of Indonesian society.

    Racism today

    Today there are 62 laws and regulations in effect which are fundamentally racist in nature. Even in the economic and political sectors, racially discriminatory policies still regulate matters. One example is the Coordination Body for Chinese Problems, which attempts to control the activities of the ethnic Chinese.

    Racism fulfils several purposes. Segregation sows seeds of hostility and social jealousy within society to blind the people to the government's failure to provide social justice and welfare. The prejudiced group becomes a scapegoat and a safety valve during times of popular unrest.

    Racism, and the violence which often results from it, also legitimates tight social control by the government and the army. This then becomes a basis for disadvantaged groups' dependency on the military and government, despite the state's repeated failure to fulfil its responsibility to provide safety and security for all citizens.

    Racism in Indonesia is manifested in many forms, from discriminatory conduct to human rights abuses. The ongoing conflicts in Maluku and Ambon are examples of instances where social tension has built up over centuries, cultivated by a repressive atmosphere, and ultimately erupts when triggered by provocateurs.

    In the May 1998 riots, ethnic Chinese were targeted for killings, torture and rape, and their houses and shops were looted and burned. Whoever was responsible, it is certain that the many riots targeting ethnic Chinese throughout 1998 were part of the systematic racism that has been part of the nation for so long.

    Racism is not only about the systematic discrimination carried out by governments. It is also about the prejudice that is rooted in the minds of the people having been nurtured for decades, reproduced in many different forms and is part of the mass consciousness. To dismantle it is a difficult and long-term task.

    Fighting racism

    The fall of Suharto has enabled the rise of the fight against racial discrimination. We remain grateful to the student movements that led to the resignation of Suharto, which, in turn, is allowing the public to speak up against the atrocities committed against particular groups in society.

    Minority groups which were politically shoved aside by the New Order regime are joining the fight. Unfortunately, the organisations existing today have not yet fulfilled their roles and mission to the fullest extent possible. There is not yet one forum able to unite these groups under a single program to ensure that racial violence will not recur.

    Solidaritas Nusa Bangsa hopes to raise public awareness about the danger of racism to the stability of society. We also hope to build up international solidarity and invite other like-minded organisations to join our fight against racism and to unite in a long-term program.

    We are committed to the total elimination of racial prejudice in all aspects of society and will continue to pressure the government to take serious action towards achieving this goal.

    BY DESI UTOMO

    ReplyDelete
  11. Why don't you guyz comparekan ekonomi Malaysia dengan Indonesia? ..Kalo boleh tulisler artikel panjang2 yek..saya suka membaca sebenarnya. Cari jer dlm internet mesti banyak..kan Indon kan??..

    ReplyDelete
  12. Biarin kita diejek bodoh, tetap saja nenek moyang Melayu Malaysia datang dari Malaysia. nenek moyangnya datang dari bangsa "bodoh".

    Biarin kita dibilang rasis setidaknya kita berusaha memperbaiki rasisme itu, tidak seperti jiran kita yang malah menangkapi bangsanya sendiri dengan menggunakan Internal Security Act.

    Kita akui bahwa kita masih korup, tetapi kita tetap berusaha untuk membasmi korupsi itu (baru 10 tahun, jek), itu jauh lebih baik ketimbang Malaysia yang untuk minyak pun mencoba merebut blok Ambalat. toh namanya rangking, siapa tahu dari peringkat 44 turun gila-gilaan, dan siapa tahu rangking Indonesia naik, kehidupan seperti roda.

    Biarin kita dibilang tukang klaim menurut si bloon Arezeo, toh dunia lebih tahu mana kebudayaan yang asli mana hasil tilepan oleh Malaysia. Dan kita tidak menuduh tapi memberi fakta bahwa kita tidak akan lagi menundukan kepala manggut-manggut kala jiran kita TANPA IZIN dari kita memasukan budaya Indonesia sebagai heritage Melayu (apakah orang ponorogo rela? tidak tuh, mereka demo dan protes karena tidak dimintai izin terlebih dulu)

    Biarkan saja mereka bilang kita memperbolehkan Playboy, toh masih banyak orang kita yang tidak mendukung majalah itu, tapi yang jelas Judi resmi di Genting Highland, pajaknya masuk ke kas negara untuk membangun tempat ibadah disana, kontradiksi nyata dinegara yang menyatakan Islam sebagai agama negara. Itu jauh lebih munafik.

    Biarin saja Arezeo menulis blog ini, toh ketahuan saking sudah peningnya dia menyelamatkan maruah negaranya, jadi ketahuan bodohnya menyamakan bendera Indonesia dengan Polandia, padahal bendera itu sudah ada pada zaman Majapahit yang berhasil menjajah Malaysia dulunya...he-he-he...atau menyamakan kita mencontek lambang negara Thailand, yang jauh banget bentuknya. (negara-negara maju pun menggunakan lambang burung lo, lihat saja Jerman, mau bilang Jerman nyontek Thailand pula, Arezeo)

    Biarin kita dibilang tukang klaim, toh yang kita klaim adalah budaya kita, bukan budaya Malaysia yang bahkan Arezeo pun sendiri mungkin tidak tahu karena kebanyakan Dugem dan jojing di diskotek... :)

    dan biarin saja kita dibilang "nenek moyangnya" dari India, toh dizaman Hindu dulu, Indonesia adalah negara adidaya di kawasannya, negara Hindu terbesar dikawasan Asia Tenggara, luas kekuasaannya, termasuk mencaplok Malaysia, yang saat itu hanya kampung kecil bekas dicaplok Sriwijaya...he-he-he

    dan biarin aja si Arezeo ini menulis blognya akan ketahuan kok kalau sifatnya yang memang tidak mau terima kenyataan... :)

    ReplyDelete
  13. Nambahin ya Daeng Sutisna.

    -Biarin deh kita dibilang tamak mempatenkan Rendang dan kunyit sebagai makanan asli Indonesia, Negara lain yang mempatenkan juga tak kisah karena mereka juga mempatenkan makanan mereka (sirik tanda tak mampu tuh Malaysia...wakakaka)

    -Biarin deh Malaysia bilang kita tamak karena tak mau kongsi kebudayaan, kebudayaan ini asli punya kita sendiri, kok, ngapain pula malaysia mau bilang budaya milik bersama, sekalian saja Sipadan Ligitan diminta jadi milik bersama oleh Indonesia (satu tanda lagi sirik tak mampu, sehingga malaysia nak minta kongsi budaya sama Indonesia)...he-he-he.

    - Biarin deh teman-temannya Arezeo bilang kia bodoh, toh sudah terbukti kerajaan Malaysia banyak copycat budaya Indonesia, kemudian diakui jadi budaya Melayu, setelah diprotes langsung bilang kita kongsi saje budaya awak ni (satu tanda betapa tak berbudayanya Malaysia, jiran kita).

    -Biarin deh Arezeo memutarbalikan fakta soal heritage dari Indonesia, toh terbukti dalam sejarah bahwa heritage Indonesia lebih maju dibentuk dari akulturasi dan asimilasi ketimbang Malaysia yang sampai saat ini bingung setengah mati karena tak budaya asli seperti etnik Cina dan India kemudian langsung jadi plagiat dengan mengambil tanpa izin budaya Indonesia... :p

    -Biarin deh si Arez bilang bendera kita berasal dari Polandia, jata negara dari Thailand, dan uang dari Rupee. Tinggal kita bilang saja Bendera Malaysia inspirasinya datang dari Amerika Serikat (miripkan, cuma beda di gambar bintang menjadi bulan), Jata negara dari Inggris (lihat saja, cuma beda di Singa dan kuda... :p), dan mata uang dulunya pakai dollar dan sen.

    -Biarin saja dia ngomong hal diatas, tinggal tanya saja bendera Malaysia sejarahnya darimana?. Kita sih jelas Bendera Merah Putih adalah bendera panji-panji kerajaan dan ketentaraan Kerajaan Majapahit yang dulunya juga menguasai Malaysia.

    -Biarin saja dia ngomong kayak gini, karena dia bakal diketawain karena salah lagi,salah lagi. kebanyakan dugem sih nggak pernah belajar antropologi.. :p

    ReplyDelete
  14. to anonymous, anda memberi link berita tidak melihat paragraph akhir. Disitu jelas bangsa Indonesia memperbaiki hubungan antara ras dan berusaha menghilangkan rasisme, bagaimana di Malaysia, sudahkan NEP dihapus? oh ya, Anwar Ibrahim tak boleh keluar Malaysia, ya? tega sekali kalian.

    ReplyDelete
  15. The 2006 Transparency International Corruption Perceptions Index

    According to the annual survey by the Berlin-based organization Transparency International, Finland, Denmark, and New Zealand are perceived to be the world's least corrupt countries, and Somalia and Myanmar are perceived to be the most corrupt. The index defines corruption as the abuse of public office for private gain and measures the degree to which corruption is perceived to exist among a country's public officials and politicians. It is a composite index, drawing on 14 polls and surveys from 12 independent institutions, which gathered the opinions of businesspeople and country analysts. Only 180 of the world's 193 countries are included in the survey, due to an absence of reliable data from the remaining countries. The scores range from ten (squeaky clean) to zero (highly corrupt). A score of 5.0 is the number Transparency International considers the borderline figure distinguishing countries that do and do not have a serious corruption problem.

    Countries that have significantly improved their rating since the 2006 index were Costa Rica, Croatia, Cuba, Czech Republic, Dominica, Italy, Macedonia, Namibia, Romania, Seychelles, South Africa, Suriname and Swaziland. Some of the countries that have a significantly worse rating since 2006 include Austria, Bahrain, Belize, Bhutan, Jordan, Laos, Macao, Malta, Mauritius, Oman, Papua New Guinea, and Thailand.


    1. Finland
    2. Denmark
    3. New Zealand
    4. Sweden
    5. Singapore
    6. Iceland
    7. Switzerland
    8. Netherlands
    9. Canada
    10. Norway
    11. Australia
    12. Luxembourg
    13. United Kingdom
    14. Hong Kong
    15. Austria
    16. Germany
    17. Japan
    18. Ireland
    19. France
    20. USA
    21. Belgium
    22. Chile
    23. Barbados
    24. St. Lucia
    25. Spain
    26. Uruguay
    27. Slovenia
    28. Portugal
    29. Estonia
    30. Israel
    31. St. Vincent
    32. Qatar
    33. Malta
    34. Macao
    35. Taiwan
    36. United Arab Emirates
    37. Dominica
    38. Botswana
    39. Cyprus
    40. Hungary
    41. Czech Republic
    42. Italy
    43. South Korea
    44. MALAYSIA <----- Kami disini
    45. South Africa
    46. Bahrain
    47. Bhutan
    48. Costa Rica
    49. Cape Verde
    50. Slovakia
    51. Latvia
    52. Lithuania
    53. Jordan
    54. Mauritius
    55. Oman
    56. Greece
    57. Namibia
    58. Samoa
    59. Seychelles
    60. Kuwait
    61. Cuba
    62. Poland
    63. Tunisia
    64. Bulgaria
    65. Croatia
    66. Turkey
    67. El Salvador
    68. Colombia
    69. Ghana
    70. Romania
    71. Senegal
    72. Brazil
    73. China
    74. India
    75. Mexico
    76. Peru
    77. Morocco
    78. Suriname
    79. Georgia
    80. Grenada
    81. Saudi Arabia
    82. Serbia
    83. Trinidad and Tobago
    84. Bosnia and Herzgegovina
    85. Gabon
    86. Jamaica
    87. Lesotho
    88. Kiribati
    89. FYR Macedonia
    90. Maldives
    91. Montenegro
    92. Swaziland
    93. Thailand
    94. Madagascar
    95. Panama
    96. Sri Lanka
    97. Tanzania
    98. Vanuatu
    99. Algeria
    100. Armenia
    101. Belize
    102. Dominican Republic
    103. Lebanon
    104. Mongolia
    105. Bolivia
    106. Albania Iran
    107. Argentina Libya
    108. Burkina Faso
    109. Djibouti
    110. Egypt
    111. Eritrea
    112. Guatemala
    113. Moldova
    114. Mozambique
    115. Rwanda
    116. Solomon Islands
    117. Uganda
    118. Benin
    120. Malawi
    121. Mali Zambia
    122. Sao Tome and Principe
    123. Ukraine
    123. Comoros
    124. Guyana
    125. Mauritania
    126. Nicaragua
    127. Niger
    128. Timor-Leste
    129. Viet Nam
    130. Zambia
    131. Burundi
    132. Honduras
    133. Iran
    134. Libya
    135. Nepal
    136. Phillipines
    137. Yemen
    138. Cameroon
    139. Ethiophia
    140. Pakistan
    141. Paraguay
    142. Syria
    143. Gambia
    144. INDONESIA <-----anda disini
    145. Russia
    146. Togo Nigeria
    147. Angola
    148. Guinea-Bissau
    149. Nigeria
    150. Azerbaijan


    -NAH INDON DASAR KORUP.. TANGGA 144th... MALAYSIA?? 44th

    ReplyDelete
  16. Apa-apa pun

    orang indon ni memang tak paham bahasa. Artikel ni berbentuk satire.. nak menyindir.. nak mengungkap... bukan nak buat lawak bodoh macam pers indon buat lawak bodoh dan membohong dalam akhbar kata malaysia klaim dan patent budaya2 tu. Malaysia tidak klaim dan tidak patent budaya2 tuh semua.

    ReplyDelete
  17. to aussie dude :

    yeah, none taken.. its your oppinion anyway.. but "retard".. isnt it bit rude to use that kind of word?

    and fyi we never claim and never patent all those stuffs.

    the indonesian. They got such an evil press. To twist the truth.

    ReplyDelete
  18. Actually, why there isn't any progressing in other islands?..( although Indon got many islands ) . Kalimantan needs progress too. Just take Malaysia as example, Sabah and Sarawak are more different than Kalimantan. If we go to Kalimantan, we quite wondering..we'll be eat by canibalism or not here? because this place like shit. Yet, we don't need Bali and other Indog's islands..and we grateful because we can handle our own islands eventhough it's just little.

    ReplyDelete
  19. Are-ZERO anjing kurap & kudis, sudah berlaku UN-FAIR! Comment2 dari orang Indo dihapus (didelete)sebagian. Comment saya yang hari kemarin juga sudah di hapus.

    Are-ZERO memang ZERO! Anjing Kamu!

    ReplyDelete
  20. Saya percaya tidak semua orang Malay berpikiran sempit seperti Arezeo. Saya masih percaya, sebagian besar Malay masih berpikiran waras & sehat.
    Saya juga menyadari bahwa ada sebagian orang Indonesia yang terprovokasi oleh postingan Arezeo, tapi saya percaya sebagian besarnya tidak terpengaruh.
    Saya hanya ingin bersahabat dengan siapapun di Malaysia & di Indonesia. Marilah kita tenangkan suasana menjadi lebih damai dan bersahabat. Bukankah damai itu indah??.

    Bagi orang Malay yang mau bersahabat dan menjalin silaturahim, saya terima dengan baik dengan hati lapang.

    Russ
    starkom@gmail.com

    ReplyDelete
  21. Ya, tidak bilang klaim tapi bilangnya kongsi, bukti bahwa Malaysia memang tidak memailiki budaya original.
    Bilang tidak klaim, tapi seenak udelnya memasukan budaya orang lain kedalam heritage Melayu, dan itu tanpa izin dari bangsa yang bersangkutan. Malaysia ini nak melakukan mislead kepada dunia internasional kalau budaya Indonesia adalah juga budaya Malaysia (duh kebangetan makhuk-makhluk fotocopy yang namanya Malaysia ini)
    Orang Malaysia suka tak kalau nanti orang Indonesia bilang Sipadan-Ligitan sebainya dikongsi saja. Senang kamu orang, Copycat Malaysia!

    ReplyDelete
  22. Ah...rangking korupsi, siapa tahu 10 tahun lagi Malaysia bakal yang jadi terkorup, Indonesia naik peringkat, hal yang masih relatif saja bangganya bukan main Malaysia satu ini. Kudengar UMNO dan Barisan Nasional korup ya, itu kata Anwar Ibrahim lo

    ReplyDelete
  23. Guys, guys...jangan terprovokasi oleh Arezero teroris kecil ini, yang jelas kita sudah mendapat kemenangan awal
    1. Lagu Rasa Sayange sudah diakui oleh Menteri mereka secara de facto berasal dari Indonesia (tinggal kita patenkan, toh itu lagu kita sendiri);

    2. Reog ponorogo yang namanya diubah menjadi barongan dan jalan ceritanya diubah sudah tidak ada lagi di laman Heritage Malaysia. Dicabut sejak orang Ponorogo tidak rela budaya mereka dimasukan kedalam heritage Malaysia;

    3. makanan tradisional seperti Rendang, dsb, tidak bisa mereka bantah berasal dari Indonesia, dan mereka juga tidak bisa bantah bahwa suatu negara berhak mempatenkan makanan tradisionalnya

    4. kemenangan berikutnya adalah Kita jadi tahu kalau bendera Malaysia copycat bendera Amerika, jata negara adalah copycat dari lambang dari negara Inggris, dan lagu kebangsaanya nilep dari pulau mahe, Seychelles.

    Guys, ada satu pekerjaan rumah lagi yang harus kita kerjakan diawal tahun yaitu:

    Kemenangan awal yang harus kita rebut ditahun depan pada tahun 2008adalah bagaimana memperkenalkan budaya Indonesia yang kaya kepada turis-turis asing nanti pada program sadar wisata Visit Indonesia Year 2008, kita buka mata-mata orang asing bahwa budaya Indonesia jauh lebih orisinil dan kaya ketimbang Malaysia.


    dan terakhir, komentar ini jangan dihapus, karena yang namanya Arezero si teroris kecil suka menghapus komentar orang Indonesia yang tidak ia sukai... :)

    ReplyDelete
  24. cik ... sila tengok jawapan semua tuduhan anda diatas dengan buka www.rasa-ganyang.blogspot.com

    thankz

    ReplyDelete
  25. Aaah kalo anda merasa miskin budaya , tak usah malumalu laah .
    BTW , why are you annoying my indonesia ?
    TOLONG YA , GAUSAH KATRO sm NDESO

    ReplyDelete
  26. Guys..guys..( wow mcm nak bikin report jer ) ekeke. Rian, menang..hahaha..rian riang x terkira. Stupidos bin dungu nyer budak indogsial si rian riang nih..just terima lah FAKTA, Malaysia is always menang kalo nak di bandingkan dengan Indogsial..tapi, kalo ko saje2 nak repot kat guys2 yang u all menang pun x ape, we ols x kisah sebab..malas kami lebih rian riang dan suka lagi..kami mcm nak gelak sampai terguling2 rasenyer because deep in yur and our heart, Malaysia lebih menang dari Indogsial (<- like snog dog jer )..tapi, x salah untuk cakap2 kat mulut u ols menang..memang pun bangsa Indogsial suka melaung2kan tapi kebenaran di hati u ols, memang Malaysia lebih maju kan??.. U ols x akan rase kalo u ols tinggal di banglo mewah, tapi bagi Indog2 yg tinggal kat tepi jalan ke..dalam longkang ke ( miskin ler maknanya ), mereka akan rasa betapa miskinnya negara mereka. Yang miskin semakin miskin dan yang kaya bertambah kaya.

    ReplyDelete
  27. Visit me at

    PainKiller Blog

    For more info

    ReplyDelete
  28. Wah... kau hentam mereka upside down. Bagi la peluang bersuara sikit. Hahaha... kesian. Everthing pasal INDON ni tak asli rupanya.

    Kesian...kesian.

    Aku pun ada sentuh sikit pasal indon ni, here:
    http://www.akubetul.com/2007/12/funnystupid-indons.html

    Memang seronok layan kerenah kanak2 riang dari Indon yang tidak sedar sememangnya kehidupan kita semua saling tiru meniru. I bet webmaster malingsia.com pun pakai seluar dan makan KFC. Bukannya pakai sarong, topi jawa dan makan tempeh sahaja. Kah..kah..kah...

    ReplyDelete
  29. MENGATAKAN INDONESIA RASIS TERHADAP ETNIS CINA LALU BAGAIMANA DENGAN NASIP ETNIS INDIA DAN CINA DINEGARA MALAYSIA?

    MEREKA MENJADI ETNIS NOMOR DUA DAN NOMOR TIGA SETELAH YANG PERTAMA DIKUASAI KAUM BRAHMANA MELAYU!

    INDONESIA SUDAH MASUK KE ALAM REFORMASI DAN DEMOKRASI, TAK ADA SATU PUN RASIS YANG MASIH TERDENGAR DI NEGERI INI BANG!

    KECUALAI DI MALAYSIA ETNIS INDIA MENUNTUK KEADILAN EH.. MALAH DITUDUH MEMBUAT KERUSUHAN, ANEH BUKAN? KALAU SUDAH BEGINI SIAPAKAH YANG LEBIH RASIS?


    dan terakhir, komentar ini jangan dihapus, karena yang namanya Arezero si teroris kecil suka menghapus komentar orang Indonesia yang tidak ia sukai... :)

    ReplyDelete
  30. Ten Things I Hate About Indonesia

    New year is approaching. Let us take a quick recap on our environment: what is good and what is bad; and hope that things will change only for the better after the holidays. Therefore I present you with the ten things I hate and love about Indonesia and Hungary. I will start from “Ten Things I Hate About Indonesia” first…

    1. Corruption
    How can you not hate it when the former president is still holding the world’s record for being the biggest corruptor ever with US$ 35 billion? The worst is that he’s still out there—free to watch his favorite show “Who Wants to be a Millionaire” and suddenly has to be treated in hospital everytime he hears attempt of bringing his case to the court. However his half brother will be spending the next four years in jail for another corruption case; while his youngest son, Tommy Suharto, was put behind the bars in 2000 for murdering a judge. What a big happy family!

    2. Poverty
    What can you expect after your president had stolen US$ 35 billion? What else but poverty:
    More than half of Indonesia’s 210 million people are vulnerable to poverty. In 2002, the World Bank estimated 53% of the population – some 111 million – live below the international standard poverty line of US$ 2 a day.

    Poverty is not just a matter of inadequate incomes and expenditures on food and daily necessities. Many of the poor and near poor also lack access to basic education, medical services and adequate nutrition. Some 25 million Indonesians are illiterate. Nearly 50 million suffer health problems, a similar number lack access to health facilities. Many communities have inadequate or non-existent basic infrastructure like safe water, adequate sanitation, transport, roads and electricity.

    3. Natural disaster
    And that was not enough. The country has been plagued with the tsunami last year and the earthquakes which sometimes still happens nowadays. They are so common that media no longer pay any attention to them. Nevertheless the effects are still there. Flood, volcanic eruption, and landslide remain constant threats.

    4. Diseases
    SARS, malnutrition, bird flu, dengue fever, anthrax, …I have lost counts.

    5. Social gap
    It happens anywhere else, so why should it be special, I hear you ask. Whenever I watch Travel Channel’s report on Thailand, for example, most likely it would show the beauty of Bangkok city, the clubs, the leisure. Or in India, you would only see the beautiful women, the exotic dancers, or delicious chicken curry. But in Indonesia you would see poor fishermen hunting whale in order to live—not to earn money, mind you, but simply to live. You would see primitive tribes cook their meal in a poor fireplace inside their huts. And I kept asking myself why didn’t they simply show Tamara Blezynski who earns US$ 4,000 for each episode on her soap opera? Because there are more of these people, that is why. Poverty has been a problem since the beginning of civilization. Yet it is sad to see that nowadays some are still living in that age while their countrymen can afford a life that they could never imagine.

    6. School
    Schools are never for free in Indonesia; especially now with the capitalization era coming. I heard now there is a special regulation which allows state-owned universities to receive students without any tests—the students with high grades in senior high, mind you. However they have to pay between US$ 500 to 7,500; not a small amount in Indonesia. I wonder whose money they would use. Only as a comparison, I learned in a state-owned university in Surabaya, had to compete with thousands of competitors in the entrance test; and paid only around US$ 30 in the end after passing the examinations.

    7. Resource monopoly
    Although the amount is decreasing, monopoly still exists. There is only a company which can provide you with fixed phone, for an instance. I have no problem with it; had it been able to reach everyone. But it hasn’t. My parents built a house in 2000, in an area where most people have had their telephone. As soon as the house was ready, they registered themselves for a fixed phone. And even now they haven’t gotten it for the same reason: there are not enough people in that area who request it. As the consequence, they have no internet. That sucks! They have the money, and they want to spend it on the damn fixed phone to chat with their daughter who is living abroad—but they can’t.

    Electricity is even worse. There is only one company in the whole country; so everyone must buy the electricity from it. Yet it has been operating at a loss.

    8. City bus
    City bus is definitely a nightmare. In Surabaya, there are 111 buses which have been operating for 11-15 years; 170 buses for 16-20 years; and 112 buses for more than 20 years . To give you more views, it is not forbidden to smoke inside; there is no air conditioner; and there is no clear limit on how many passengers can be. At times you have to stand with somebody else’s arm pit only a few cm away from your precious nose; meanwhile you should give way to the street singers who get on and off the bus to earn a living.

    9. Low self esteem
    Indonesians are mostly fed up with the frequent stagnation of their life that they think everything comes from abroad must be better: grass is always greener on the other side, true enough. But in Indonesia, it has come to the point where people start to lose their identity. For example, a friend of mine worked as a teacher in an international school among with expatriates from Europe. They all had the same occupation: teacher. While she received US$ 180 despite, her European colleagues got at least US$ 2,000—and nobody would ever say anything about it. Because they are European—expatriates; they deserve more! She did quit after some time; yet many would be more than willing to replace her for that amount.

    There are many superficial matters, such as the women who are willing to spend extra cash (and risk some cancer also) to get whiter skin in order to look like the Indonesian beauties; the likes of Tamara Blezynski or Sophia Latjuba. But many more are misleading. People with low education believe that living abroad—no matter how bad—is still better than staying in the country. Thousands of them—mainly women risk to work abroad; as maids. Some receive their money—I read that in Singapore they are paid around US$ 200, that is huge compared to their wage in Indonesia. But it is not rare also that they went home, broke and distressed after having to deal with bureucracy and trafficking and physical harassment and heaven knows what else.

    10. Law for mixed marriage
    Despite all the grim facts about the fair country, Zsolt and I would still like to move there. Yet an Indonesian wife cannot sponsor her foreign husband to get a resident visa there: only the company which would hire him could. Afterwards, the resident visa is only valid for a year and it must be renewed in the origin country. Each month, a foreigner must pay US$100 tax.

    ReplyDelete
  31. TAPI INDONESIA NEGERI YANG BEBAS.

    WALAU BERPENDUDUK MUSLIM TERBESAR TAPI KITA LEBIH MODERN DAN SEKULER. TAK SEPERTI NEGARA ANDA YANG BERBASIS RELIGI DENGAN BANYAK ATURAN YANG MEMBELENGGU KEBEBASAN.

    INTINYA TAK ADA KEBEBASAN DI MALAYSIA. BERPAKAIAN TERBUKA SEDIKIT DITANGKAP OLEH PASUKAN SYARIAH. AH MALAS TAK ADA KEBEBASAN. BAGUS KE INDONESIA SAJA! HE HE HE.....

    ReplyDelete
  32. Bersadar dirilah... Wahai MALAYSIA !

    KARENA

    MALAYSIA = Malicious Nesia (Bangsa Mencurigakan)

    YANG TAK TAK JELAS ASAL USULNYA, WILAYAHNYA YANG MANA (ITU KAN PUNYA ENGLAND), OARNGNYA JELEK... MELAYU BERKULIT HITAM...

    BELUM LAGI NEGARA MU (MALINGSIA ITU) DIKUASAI SAMA CHINESE DAN ORANG INDIA....

    NGGAK MALU ???

    SATU LAGI..................................................................

    COBA LIHAT "BENDERA MALAYSIA" !!!!!

    TIDAKKAH ITU "BENDERA AMERIKA SERIKAT YANG DI MODIFIKASI" ??????

    AYO >>>>>>>>>>>> MAU OMONG APA COBA ?????

    DASAR... TUKANG CARI KESALAHAN ORANG LU.... !

    "APA KATA DUNIA ?"

    LAGU BUAT MALAYSIANJING :

    C5 G5 A5
    MALAYSIA MUKA TEBAL

    A5 G5
    DASAR MUKA TEMBOK

    G5 A5 F5
    MEMANG TAK TAK PUNYA MALU (DAN KEMALUAN)

    (referensi : LAGU SID)

    ReplyDelete
  33. MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING
    MalAysia ANJING

    ReplyDelete
  34. Bile kuih Tempe bersuara.. nmpk sangat Indon nih sakit ati dengan Malaysia. ( Anyway, kuih tempe boleh bersuara ker? ). Lagi baik kalo direndam dengan air longkang kasi Hanjing..hanjing..hanjing Indogsial ittewww makan.

    ReplyDelete
  35. The more people talking like this, the more stupid they're lookslike.
    Nurani bung... dengarkan nurani dan ketahuilah api yang yang kau tanamkan dalam hati itu akan menjadi api neraka di kemudian hari... Bertaubatlah.

    Mudah-mudahan Sang Pemilik tidak turun tangan sendiri...

    ReplyDelete
  36. Bendera merah putih/umbul-umbul merah putih sudah dipakai Nusantara/Indonesia sejak tahun 1292 oleh Raden Wijaya (founding father) Kerajaan Majapahit. Malacca kemudian berada dibawah Sandyakalaning Majapahit waktu Jaman Mahapatih Gajah Mada - Raja Hayamwuruk (AD 1350-1389) dan waktu itu umbul-umbul tetap Merah Putih. Jadi tidak benar Polandia memakai bendera merah putih lebih dulu dari Nusantara/Indonesia!!

    ReplyDelete
  37. ni apa ni dari Rasa Sayang Eh sampai ke Rendanglah, korupsilah, rupeelah, rupiahlah, benderalah

    Kalau korang lawan boksing mesti sampai round 999 pun tak habis habis lagi.

    Kitakan ASEAN jadi jgn gaduhlah bodoh. Sontoloyo! Tolol! Ya sudah..bubar bubar!

    WHERE DO WE COME FROM???? WHERE DO WE ACTUALLY COME FROM???

    THE ANSWER IS: GOD.

    ReplyDelete
  38. arghh!!!
    ni sdh bangkit kemarahan..
    send la blog ni kt kngkwn krunk..
    mari skg ramai2..
    indon sker2 je ngutok n sound owg mlayu..
    batai jer owg indon..
    boikot dyorg..
    jgn bagi mke..
    acimet!!!!
    tazEi!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    ReplyDelete
  39. org indon item2 n jelek,kampungan n kumuh,tengokla superstar indon mcm Doyok,Endang S Taurina,tukul arwana,didi petet...thats is typical Indon faces,i have been to Jkarta n its difficult to find beautiful people like Bunga C Lestari,Tamara blezenski,ari wibowo etc..original indon is so dark n tanned skin,pysically unattractive mostly which come fr Java island,NTT,Maluku,Papua...org melayu jugak cantik2

    ReplyDelete
  40. ini sudah kelewat batas..

    dari lagu rasa sayange di klaim sebagai lagu asli malaysia..
    lalu mengklaim tarian reog ponorogo sebagai tarian asli malaysia juga..tapi sayang, GAGAL..!!

    kalau gak bisa bikin lagu atau bikin tarian yang menarik untuk di dengar ataupun dilihat,jangan mengklaim punya orang donk...


    masih mending bangsa Indonesia yang mengakui bahwa "heavily influenced by Indian Civilization"

    daripada ente malaysia, sudah tak punya, lalu ngaku-ngaku punya orang sebagai hak milik..

    kasian...kreatifiatas bisanya kok hanya mengaku saja...

    kalau begitu, mengaku saja kalau malaysia itu tukang mengaku hak milik orang lain...!!

    DASAR..NGOMONG GAK DIPIKIR DULU..UDAH BACA SEJARAH DUNIA ATAU SEJARAH NEGARA_NEGARA LAIN BELUM..JANGAN ASAL NGOMONG SAJA..

    LEBIH BAIK DIAM KALAU TIDAK TAHU APA-APA..!!

    sama-sama negara terkorup jangan lihat urutan rangking..namanya korupsi yaa...korupsi..

    PAYAH..!!


    MALAYSIA BITCH..!!
    Menteri Kesehatan..kok tidur sama teman wanita yang buka istrinya...

    aduh..aduh..moral Rakyat sama moral pejabatnya sudah sama parahnya..sama BOBROKNYA..!!

    kalau mau ngejelekin orang lain,berkaca dulu..apakah sudah baik belum..

    ReplyDelete
  41. INDONESIA ITU ARTINYA INDO YANG BERATI BANGSA MELAYU DI SEKITAR KHATULISTIWA , DAN NESUS ( NESIA ) BERASAL DARI NENEK MOYANG INDONESIA , KATA SIA KARENA DULU BERANGGAPAAN BAHWA KAMI BENUA ASIA WAJIB MEMAKAI KATA ESIA / ASIA , BENDERA MERAH PUTIH TELAH LAMA SEJAK ZAMAN MAJAPAHIT ,, SEBELUM INDONESIA MERDEKA ,, KALAU ANDA PENGEN BERKATA APA SAJA , SILAHKAN , TAPI KAMI BUKAN BANGSA PENJIPLAK SEPERTI KALIAN MALAYSHIT ,, MALAYA ITU DULU MILIK KAMI . KARENA KAMI KALAH DARI INGGRIS , KALIAN DI BENTUKAN NEGARA BONEKA , APA KALIEN TIDE MALU ,, KALIAN BERDIRI DIBANTU ?? TIDAK DENGAN USAHA SENIDRI ?

    ReplyDelete
  42. indon CELENG!!!!!!!

    ReplyDelete
  43. malingsialan bagi kami KOPET coba tanya artinya kalau tidak paham

    ReplyDelete
  44. malon bodoh....! LOL

    ReplyDelete
  45. hew,hew... maaf yah, bapak-bapak yang ada disini, pernah dengar bahwa budaya itu bukan suatu paten?? pernah dengar bahwa itu adalah heritage yang sifatnya turun temurun dari nenek moyang?? wajar indonesia merasa klaim anda akan budaya indonesia itu sebagai pencurian..

    dan lagi, sebuah plagiarism, itu pencontekan, kalo anda tau istilah copy-paste dalam komputer, tentu anda mengerti.. itulah plagiarism secara garis besarnya...

    suatu negara itu punya identitas sendiri, namun apakah anda mengerti dan tau bagaimana hal tertentu menjadi sebuah identitas??

    ada yang mendasarinya, ada landasannya... tidak bisa asal menentukan indentitas, ada sebuah proses...

    bendera indonesia berwarna merah dan putih bukan karena tanpa alasan, ada unsur historical-nya, kenapa bisa berwarna merah dan putih... maaf, apakah bendera negara anda punya unsur tersebut dalam penentuan warna bendera negara anda???

    sekali lagi, negara kami negara yang berjalan berdasarkan warisan dari nenek moyang.. mungkin anda tidak tahu, bahwa indonesia itu sendiri jauh sebelum masuk jaman kolonial, kami merupakan negara kerajaan yang bercorak hindu-budha, terbukti dengan prasasti, peninggalan nenek moyang kami...

    maaf sekali lagi, mungkin tersirat di benak anda untuk melontarkan beberapa sanggahan ato argumen sehubungan dengan pernyataan saya diatas, namun sebelum anda sempat, akan saya jelaskan dengan singkat kenapa saya menjelaskan kronolos historical indonesia sebelum masa klolonial...

    indonesia sebagai sebuah wilayah kerajaan, yang bercorak hindu-budha, tentunya, pernah terjadi persebaran agama hindu-budha... yang kita tahu, hindu adalah agama yang asalnya dari negeri india, tentunya persebaran terjadi, dan meninggalkan beberapan prasasti... ada prasasti kerajaan yang ada di indonesia, yang bisa sampai ke india, bagaimana bisa terjadi?? tentunya karena terjalinnya hubungan kedua negara ini dalam lingkup agama pada saat itu... (anda boleh cek sejarah kerajaan hindu-budha di indonesia)

    pernahkah anda membaca buku sejarah yg mengatakan, konon kerajaan sriwijaya, yang terletak di sumatera selatan merupakan pusat persebaran agama budha pada jamannya, dimana para biksu dari cina datang dan belajar di kerajaan sriwijaya... kami memiliki nilai historis hingga saat ini kami jaga, yakni budaya..

    kenapa kami begitu yakin dengan sejarah yang ada dari nenek moyang kami?? karena banyak bukti yang memperkuat sejarah kebangsaan yang kami miliki...

    bagaimana dengan anda yang merupakan negara commonwealth??

    bagaimana sejarah asli negara anda, yang sebelum inggris datang dan menduduki tanah kelahiran anda yang sebelumnya merupakan wilayah kerajaan malaka??? apakah masih ada hubungannya dengan kerajaan indonesia??

    tentunya anda tahu bagaimana sejarah negara anda sendiri...

    semoga anda dapat mengerti bahasa yang saya gunakan...

    ReplyDelete
  46. hew,hew... ada yang komen kalo orang indonesia jelek-jelek...

    kami orang indonesia tidak pernah mencaci secara personal, karena kami berpendidikan... oupsss... maaf... ^^

    maaf kepada orang yang posting comment bahwa orang indonesia itu jelek-jelek, seperti yang anda sebutkan, kalau anda ingin melakukan perbandingan atau riset, yah secara ilmiah mungkin, membandingkan antara orang asli negara anda dengan orang asli negara kami, maaf, mungkin jauh lebih banyak orang indonesia yang cantik bagi perempuan, dan tampan bagi lelaki...

    oupss... maaf, seharusnya tidak ada yang melakukan "personal attack", tapi kalo dah dimulai??

    ReplyDelete
  47. We (Indonesia and Malaysia) have the opportunity to create a new economic power in the world.
    When we unite and not dropped each other like this.
    May be, It is the American business efforts to divide the potential new power in Southeast Asia.
    That's Us!

    ReplyDelete
  48. haha... kelihatan sekali seperti orang yang tidak berpendidikan...
    ini tahun 2009. sudah bukan jamannya orang saling mencaci secara fisik... apartheid juga sudah tidak berlaku.
    kalau ingin diskusi bukan begitu caranya. harus dengan prosedur yang ditentukan bukannya saling menjatuhkan. kami orang Indonesia tidak menghendaki adanya debat kusir dan saling menjatuhkan. itu tidak penting. debat kusir, saling menjatuhkan, dan olok-olok itu hanya untuk orang tidak bermoral, tidak berbudi luhur dan tidak berpendidikan.

    tampak jelas disini beda orang berbudi luhur dan orang yang hanya mengaku "berbudaya". dari emosi yang tersirat dari kata-katanya dan cara penyampaiannya terlihat jelas.
    saya tidak memihak siapapun disini. saya hanya ingin mengimbau alangkah baiknya kalau kita berdiskusi disini dengan bijak. tidak asal-asalan karena toh kita semua adalah saudara. berasal dari tempat dan akan kembali ke tempat yang sama... Tuhan. malu donk sebagai makhluk Tuhan

    ReplyDelete
  49. MALAYSIA = MALING ASIA...

    malaysia selalu bisa menjiplak karya indonesia... bikin sendiri dong... ga bisa ya??? bodoh banget ya orang malaysia...
    huuu biasa lah... maling ya emang bodoh...

    ReplyDelete